Rabu, 07 September 2011

Bestfriend for 'N' ever Part 1

awal pertemuan gue ama dia itu pas SD.
kami satu SD dan satu kelas. aku juga gatau persis kelas berapa kami muai sekelas,
mungkin sekitar kelas 3 atau kelas 4 gitu. dan kami terus bersahabat sampai kami awal masuk kuliah.
dan selanjutnya...
kami lost contact.

gue juga ga ngerti kenapa hubungan kami bisa sampe putus di tengah jalan gini. rasanya sakit. rasanya nyucuk nembus jantung. sampe kebas lah pokoknya.

gue inget. pas SD kami gak pernah pisah. kami selalu berdua. sampe kata guru les bahasa inggris kami bilang kami uda kayak twins alias kembar. masih jelas di ingatan gue, kami abis dari kantin tempat les, nunggu jemputan, dan akhirnya dateng guru les kami nyamperin dan nanya "are you twins?" karena dulu gue masih goblok goblok yah gue mah ngangguk aja takut kalo di smekdon ma tu madam, (badannya gede bo orang bule gt)nah yang gue gak tau adalah namanya tu madam. masalahnya dia bukan yang ngajar di grade kami..

kami kemana mana bareng lah pokoknya, belajar naik angkot bareng.
pulang les sempoa juga pasti gue ngetem di rumahnya nungguin bokap jemput.

kami memang sangat bertolak belakang,
banget. dia orangnya yang kemenyek, lemah lembut, putih dan cantik.
lah gue? gue orangnya keras tapi gampang nangis. gue juga tegas, gue orangnya gengsian, gue butek.

tapi gue ngerasa dia yang bikin gue jadi kuat.
soalnya dia orangnya lemah lembut dan gampang sakit. nah gue kepancing buat terus jagain dia.
walopun dia kemenyek dan lemah lembut tapi dia orangnya jujur. dia ngomong segala macem apa yang dia pengen omongin. klo gue. gue lebih banyak mikir bibit bebet bobotnya.

dan kejadian waktu SD,
itus saat dia naksir cowok, kakak kelas kami. sebut aja X
dan beruntungnyaa ternyata bapaknya si X ini adalah bos mamanya.. jadilah setiap ada acara kantor yang boleh bwa keluarga dia terusan ikut nimbrung buat ketemu ma si X.
dan cintanya berlanjut sampe kami smp, dan kami satu SMP sama si X secara kebetulan.
dan akhirnya, waktu kami kelas 2 (kami gak sekelas) gue secara takjub ngerasa dia mulai berubah...
dia jadi berani dan tetap dengan 'jujur'nya itu. sumpah, gue kaget sekaligus seneng.
gue gak lagi harus berada di depan dia untuk jagain dia. gue gak lagi harus bilang 'uda tenang aja, ada gue kok' she's totally changes'
gue masih inget itu hari jumat, pas kami pake seragam batik dengan rok putih.
paginya gue uda kena therapy shock pas dia bilang
'gue capek deh sembunyi  sembunyi mulu. gue mau nembak si X' dan mata gue langsung melotot.
gue gak setuju. sangat gak setuju. tapi karena pikiran gue terlalu mikirin banyak hal. gue cuma senyum lebar terus jawab
'oya? waah bener bener sih. trus kapan? kapan?'
'ntar abis sholat jumat' katanya. dan gue speechless.

temen temen yang deket ma dia di kelas emang tipe tipe orang yang baik benar buruk oke selalu mendukung tanpa mikir apa akibatnya.. dan gue. orang yang mikir akibat duluan, tapi gue gak punya kemampuan buat ngerusak semuanya. gue juga akan mendukung apapun yang akan dia lakukan.. tapi. gue kan sahabatnya? bukan sekedar temen sekelasnya kan? mungkin gue sahabat yang jahat. ngebiarin sahabat gue sendiri masuk ke dalem lobang item yang gelap.

dan semua itu pun terjadi.
dia beli coklat toblerone honey dan milk. toblerone honey klo si X nerima, dan milk kalo di tolak.
gue masih inget kami (aku, dia, dan temen temennya) nunggu di kelas 1-2. dia masih santai sambil becandaan dengan temen temennya, dan gue juga ikut ketawa ketawa kaya orang bego. abis sholat jumat sahabat gue dan X janjian di depan ring basket, di deket koperasi pas di depan kelas 1-2.
akhrnya waktu itupun dateng. gue inget, gue nepuk nepuk punggungnya dan temen temennya udah pada ribut ala cawek cawek girang. setelah dia pergi kami (gue dan temen temennya) uda H2C gt. mereka pada ribut 'ih kalo di terima gmna?' 'ah palingan di tolak' dan gue cuma diem natap sahabat gue dari kejauhan. kedua tangannya begetar memegang toblerone. dan beberapa detik kemudian. dia berbalik menyembunyikan sisa coklat di belakang pinggang dan berjalan kembali.

dia menatap gue dan meunjukkan toblerone milk. matanya berkaca kaca.
gue langsung meluk dia dan ngelus rambutnya.
'gue di tolak' katanya. gue cuma diem dan dan nepuk punggungnya. 
sedetiik kemudian dia ngelepas pelukan gue dan ikut bergerumul diantara teman temannya dan menangis diantara mereka. gue? gue diem di tempat. gue nyalahin diri sendiri kenapa gue bisa segoblok ini. kenapa gue takut nyakitin hati dia dengan bilang 'sebaiknya gausah' daripada dia jadi lebih sakit kayak gini? kenapa gue gak bisa lagi ngelindungin dia dari orang yang bakal nyakitin dia?

dia duduk, dan temen temenya ngelilingin dia dan nenangin dia.. dan beberapa menit kemudian salah satu dari mereka bilang
'gue tau lo pasti bakal di tolak sih.. yaudah loe sabar aja yah'
 sambil nepuk punggungnya dia kemudian pergi satu satu. sampe akhirnya tinggal dia ama gue aja di kelas. gue samperin dia sambil bawain tas dan jaketnya. gue pegang tangannya, dan dia natap gue.

'liat nih tangan gue dingin kan? jantung gue masih degup degup' katanya. gue ketawa. 
'sejak kapan loe jadi cengeng kayak gue?' kata gue. kemudian dia tersenyum.
 dan dia pasti sadar kalo mata gue berkaca kaca. dia paling tau kalo gue gak bisa ngeliat orang nangis, karena nangis itu menular  ke orang kaya gue ini. dari situ gue sadar kalo ternyata...
 gue memang ngebiarin dia jatoh ke lubang hitam, tapi gue gak bakalan pernah ngebiarin dia jatoh sendirian.

Rabu, 13 Juli 2011

6 years in love (korean movie)


Judul : 6 years in love (2008)
pemain :  Kim Ha Neul as Dajin
               Yoon Kye Sang as Jae Yeong

ni film berhasil membuat emosi saya bercampur aduk dari awal nonton. recommended bgt deh film ini!

Daijin dam Jaeyong sudah berhubungan selama 6 tahun. dari mereka SMA sampai kerja. rumah mereka pun deketan karena sangking mereka pengen sering ketemu (walopun sebenernya si daijin malah lebih sering tidur di tempat Jae Yeong).
ceritanya berawal dari anniversary mereka yang ke 7. seperti dalam kehidupan nyata. selalu perempuan yang lebih bersemangat untuk merayakan ulang tahun jadian (ya kan?) sedangkan si Jae Yong malah terlihat cuek. dan bahkan lupa.

mereka janjian di sebuah cafe langganan, Daijin sudah mempersiapkan hadiah berupa jam dan kartu ucapan dengan foto sepasang kakek nenek yg saling berangkul dan tersenyum bahagia. sedangkan Jae Yong (dengan sangat kurang ajarnya) sudah terlambat, dan dia hanya membawa bunga plastik yang di ambil dari hiasan di depan cafe. (ini termasuk adegan yang bikin saya menyipitkan mata, dan bergumam "dasar laki laki")

Jae Yeong memang tipe tipe laki laki yg sedikit gila "s*x" sedangkan Daijin merasa kesakitan ketika Jae Yeong meremas dadanya. jadi untuk beberapa waktu "kegiatan" mereka ada sebagian yang tidak bisa di lakukan. Jae Yeong pun tidak peduli akan rasa sakit Daijin, dia hanya menyuruhnya kerumah sakit tanpa di temani, dan tidak menanyakan hasil kelanjutan pemeriksaan.

dan kemudian di tempat kerja Jae Yong kedatangan wanita cantik yang baru patah hati. hubungan mereka di awali dengan saling curhat, dan kemudian semakin meningkat ketika Jae Yeong bertengkar dengan Daijin karena Daijin sudah mencium gelagat Jae Yeong yang sering berbohong dan pulang dengan mabuk, sehingga daijin mengungsi ketempat ibunya, dan rumah Jae Yong di renovasi.

sedangkan Daijin secara tidak sengaja di haruskan berkerja sama dengan seorang penulis muda yang tampan namun mengalami gangguan pendengaran. terlihat bahwa sang penulis menyukai Daijin. namun, Daijin tidak meresponnya dengan baik.

dan ketika Daijin berusaha mengalah untuk memperbaiki hubungan mereka dengan datang kerumahnya memakai baju china dengan payungnya (ga tau namanya apa) dengan mengendap endap untuk memberikan kejutan. yang ada malah Daijin mendengar percakapan Jae Yeong dengan sahabatnya di telfon dan mengatakan bahwa Daijin baginya mungkin hanya seperti keluarga. rasa cinta Jae Yong memudar. Daijin pun sakit hati dan pergi.

namun lagi lagi Jae Yeong meminta maaf, namun Daijin masih ragu untuk memafkannya.
dan terjadilah,
Jae Yeong kesepian, dan mengajak perempuan itu minum dan kerumahnya.

Tak lama kemudian Daijin pun melunak dan datang kerumah Jae Yeong, Jae Yeong pun menyambutnya dengan bahagia. namun Daijin menemukan tulisan perempuan itu di kaca wastafel "terimakasih untuk malam yang indah" dan menemukan sikat giginya. dan perempuan itu tiba-tiba menelpon Jae Yeong untuk bertemu terkahir kalinya karena dia akan ke luar negeri. dan ternyata perempuan itu sudah ada di depan rumahnya, Jae Yeong pun berbohong pada Daijin ada rapat mendadak demi mangabulkan keinginan perempuan itu. dan ternyata Daijin mengintip Jae Yeong dengan perempuan itu.

daijin pun langsung pergi dan menelpon si penulis untuk membawanya pergi berjalan jalan, Daijin memintanya ke tempat kencannya dengan Jae Yeong pertama kali. namun tak di nyana, Daijin dan penulis itu mengalami kecelakaan.

Jae Yeong langsung ngebut ke RS ketika mendapat kabar tersebut, dan langsung marah besar ketika melihat daijin bersama laki laki lain. daijin bersikeras untuk tetep menemani sang penulis ikut ke dalam taksi meskipun Jae Yeong sudah hampir memukul penulis itu dan mengatakan Daijin pelacur. daijin menamparnya dengan keras sambil berteriak 'cukup! apa kamu sama sekali tak sadar' dan menangis. kemudian pergi bersama penulis itu dan meninggalkan Jae Yeong yang membeku terkena tamparan Daijin.

dari situlah terungkap, ternyata selama 6 tahun Daijin baru kali ini menampar Jae Yeong. dan ternyata dulu Jae Yeong pernah ketauan selingkuh, tapi dia tidak mengakuinya, malah balik marah dan berlari keluar rumah hujan hujan. namun Daijin menyusulnya dan memintanya kembali ke rumah sambil menangis tersedu sedu, Jae Yeong pun merasa kasihan, di usapnya air mata Daijin. 'kenapa kau susah sekali mengucapkan kata maaf?' sambil menangis. Jae Yeong pun merasa bersalah (kenapa laki laki begitu yah?) dari awal dia memang merasa bersalah namun sulit untuk merendahkan sedikit egonya. 'pukul aku!' kata Jae Yeong. namun Daijin malah menangis makin keras. 'lain kali jika aku melakukan hal itu lagi, tolong pukul aku!' kata Jae Yeong. (adegan ini yang paling buat aku nangis!)

dan Jae Yeong pun sadar bahwa Daijin tau dia berselingkuh. Jae Yeong memutar mobilnya dan mengejar taksi Daijin, kemudian menabraknya dengan keras. Jae Yong langsung menarik penulis itu keluar dan terjadilah baku hantam. Daijin sudah berteriak dan menarik Jae Yeong namun dia tidak menggubrisnya. daijin langusng mengeluarkan kursi dari mobil (gtau tuh dy tau drmana disitu ada kursi -_-) kemudian menghantamkannya ke mobil Jae Yeong sampai kacanya pecah dan kapnya hancur. Jae Yeong pun berhenti dan memaki Daijin. tapi Daijin tak berhenti sampai kursinya di rebut oleh Jae Yeong. dan Daijin pun pergi dengan si penulis naik taksi lagi, dan lagi lagi meninggalkan Jae Yeong dengan mobilnya yang hancur.

dan akhirnya merekapun break up,
dan Daijin memang cewek yang super sabarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr bengeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeett,
mereka putusannya juga baik baik. tapi Daijin pun pindah rumah.
beberapa bulan (atau tahun ya?) kemudian ,
gak sengaja mereka bertemu lagi pas sama sama cari rumah baru.
Jae Yeong berubah , jadi berkacamata dan mengaku bahwa dia sudah berhenti merokok, (daijin selalu melarangnya merokok namun dia gak pernah benar2 berhenti, dulu)
dan Jae Yeong mengirimkan gambar kartu ucapan yg di waktu ultah hubungan mereka yg ke 7,
"tak peduli kita masih mencintai, tak peduli kita masih merindukan yang lain dalam diam... kita tetap akan saling menyakiti. apakah bisa kita seperti dulu lagi? apakah akan lebih baik? seperti tulang yang patah, kemudian di obati lagi.. maka dia akan makin kuat? apakah tetap saling menyakiti? lihat saja nanti.. akupun tak tau"
ahhhh kata kata nya bagus banget....
filmnya juga bagusssssss!!!!

winda

“win….” Winda dengan sigap menghapus air mata yang baru saja bergulir di pipinya, lalu menoleh ke arah suara yang memanggilnya.
                “Ngapain?” Tanya Riri.
                “Mencari udara segar..” jawab Winda sambil tersenyum. Riri duduk di samping Winda dan ikut menatap ke kolam kecil di depan mereka.
                “Minggu depan aku mau jalan-jalan ke Bali. Ikut?” Tanya Riri. Winda menggeleng pelan.
                “Banyak bule ganteng lhoo ,Win….” Desak Riri. Winda menggeleng sambil tersenyum.
                “aku lebiih suka made in Indonesia Ri…”
                “pantainya mantap Win…. Kita bisa latian surfing!” . winda menggeleng lagi. Tatapannya tak lepas dari air mancur yang ada di kolam kecil itu.
                “Bisa belanja seeepuasnya! Kita bisa hunting lukisan…. Kita bisa—“
                “aku baik-baik aja Ri…” kata Winda pelan sambil menoleh kea rah Riri , tersenyum tipis, dan kembali menatap air mancur. Riri terdiam.
                “Sumpah aku baik-baik aja . jangan berlebihan seperti orang tuaku Ri…” kata Winda lagi.
                “Hei aku sama sekali tak ber—“
                “paling orang tuaku juga yang menyuruhmu.” Kata Winda lagi. Riri terdiam. Dalam hati Ia mengiyakan kata-kata Winda. Orang tua Winda memohon padanya untuk menghibur Winda. Mengembalikan Winda seperti sedia kala. Bahkan ke luar negeri pun orang tuanya dengan senang hati membiayai jika Winda menginginkannya. Walaupun orang tua Winda tau , bahkan Riri juga tau dengan jelas betapa kerasnya watak Winda.
                “Lihat aku. Aku baik-baik aja, Ri. I’m fine!” tegas Winda.
                you’re pathetic ,trust me .” jawab Riri.
                “kau lihat darimana ? coba lihat baik-baik Ri . aku baik-baik aja..” kata winda.
                “kau kira aku tetangga barumu,Win? Kita dari orok sudah sama-sama. Rumah kita Cuma beda 2 rumah. Orang tuamu ,orang tuaku juga win. Baju ku baju mu juga. Jangan meremehkan aku,Win.” Kata Riri.
                “Hei , sejujurnya aku tak mau punya seorang ayah yang berbadan babon dan suka jogging topless memamerkan perutnya yang buncit seperti ayahmu itu , Ri..” kata Winda.
                “dan sebenarnya aku juga tak mau meminjamkan dress chanel merahku padamu saat prom night waktu jaman SMA dulu. kalo aku tau , sebenarnya aku sudah merasa kau akan menjadi prom queen.. “ kata Riri. Winda tersenyum. Ya. Winda masih mengingatnya jelas. Sebulan sebelum prom Riri sibuk setengah mati mencari dress. Sedangkan Winda, santai saja. Bahkan tak sedikitpun Ia berminat mengikuti prom. Winda hanya menemani Riri keluar masuk butik,online shop,sampai pada akhirnya terpaksa menemani Riri ke Singapura hanya untuk mencari dress. Dan pulang ke Indonesia dengan 2 koper full. Padahal Winda sudah berkali-kali mengingatkan Riri kalo prom night Cuma sehari. Tapi tetap saja Riri belanja dengan membabi buta. Dan ajaibnya. 3 hari sebelum prom. Aji . HALO. Iyaa Aji . prince charming sepanjang masanya Winda. Cowok yang dari kelas 1 mencuri perhatiannya. Dan selama hampir 3 bulan melancarkan PDKT ma Winda. Mengajaknya pergi ke prom bareng. Seperti kata Riri , seharusnya Winda udah gak perlu kaget lagi. Tapi Winda masih saja gak percaya. Dan setelah kabar mengejutkan itulah yang membuat Winda kalang kabut kocar kacir bukan kepalang gara-gara dia sama sekali gak ada persiapan buat prom. Alhasil memang Tuhan memang menakdirkan Riri sebagai malaikat penolongnya. Dengan sigap Riri memilihkan dress,sepatu,tas. Sampai salon terbaik untuk mendandani sahabatnya itu. Masih teringat jelas di otak Winda. Ketika dia memasuki hall hotel berbintang yang menjadi tempat prom perpisahan SMAnya. Memakai gaun merah darah mini , sepatu perak , dan nilai plusnya adalah , di samping kanannya dan terus menggenggam tangan kanannya adalah ,Aji. Aji terlihat gagah. SANGAT GAGAH dan SEMPURNA memakai tuksedo hitam dengan dasi silver dan sepatu pantofel hitam. Rambutnya tak lagi berantakan sepertii biasa. Winda juga masih ingat ketika Aji menempelkan bibirnya di daun telinga Winda dan berbisik “kamu cantik. Eh,bukan sangat cantik.”
                “Win…”. Winda tersentak. Itu kejadian 5 tahun yang lalu , tapi Winda baru saja merasa dia masih memakai gaun merah dan berdansa dengan Aji.
                “sudah.. jangan lagi kau pikirkan iblis seperti Aji itu..” kata Riri emosi.
                “A—aku sama sek—“
                “kau daritadi mengelus cincin itu.” Singkat riri. Winda terdiam. Dia sama sekali tak merasa bahwa tangan kanannya dari tadi mengelus cincin yang ada di jari manis kirinya.
                “sudah waktunya kau buang cincin itu..”
                “waktunya kau membuka lembaran baru… kau seperti orang gila, Win!” bentak Riri.
                “Biarkan saja aku begini Ri..” kata Winda pelan.
                “Sampai kapan Ri? Sampai kapan kau masih memikirkan dia? Terus memikirkan dia sampai badanmu habis begitu,seperti orang sakit keras!”
                “aku memang sakit Ri.. disini , tepat disini terasa nyeri ..” kata Winda sambil menunjuk dadanya. Perlahan air matanya bergulir.
                “Ayolah Win. Itu sudah 2 bulan yang lalu…”
                “gak semudah itu Ri..”
                “Itu mudah kalo kamu berniat membuangnya jauh-jauh Win!”
                “siapa yang tunangannya lari Ri? Siapa yang tunangannya jalan dengan wanita lain? Siapa yang tunangannya tiba-tiba membatalkan rencana pernikahan? Siapa yang bertunangan hampir 3 tahun dan ternyata gagal menikah hanya karena wanita lain? Tunangan siapa yang dengan santainya bilang ‘maaf aku tidak mencintaimu lagi’ dan membuang cincin pertunangan di depan matanya?” isak Winda.
 Riri terdiam . kemudian mengelus rambut Winda perlahan. Winda yang sekarang memang tak secantik 5 tahun lalu. Winda yang sekarang kurus,pucat,dan rambut berantakan. Menghabiskan waktu hanya duduk di belakang rumahnya sambil menatap air mancur di kolam kecil setelah mengambil cuti dari pekerjaannya sebagai PR di sebuah hotel berbintang. Dulu dia bagai bintang yang bersinar amat terang. Jujur Riri sedikit iri padanya. Walaupun Riri seorang desainer kondang yang di kelilingi banyak orang orang terkenal  , tapi entah kenapa kemarin dia sempat benar-benar iri hati pada Winda. Karir cemerlang, tunangan ganteng seorang eksekutif muda, Winda juga sempat menerjuni dunia modeling, walopun tak sampai setahun kerena si Iblis Aji melarangnya. Ya. Aji memang manusia biadab. Setelah pacaran 2 tahun dengan Winda, mereka memutuskan untuk bertunangan. Aji juga yang mengajak Winda bertunangan. Tapi dia pulalah yang mengakhirinya. Dengan cara yang sangat mengenaskan.
“Biarkan aku begini untuk sementara waktu Ri. Jika memang aku sudah siap. Aku akan menyusulmu ke Bali...” kata Winda sambil mengusap air matanya.

Rabu, 08 Juni 2011

think!

kodrat seorang perempuan salah satunya adalah -melahirkan-

entah kenapa semakin tua pikiranku makin aneh,
apa ini mungkin tanda kedewasaan?

dulu waktu msih remaja abg abg an gt
aku selalu ngerasa bahwa perempuan itu mempunyai kedudukan yang tinggi
karena dia bisa menghidupi manusia lain dalam tubuhnya. bener gak?
sampe sekarang aku masih berfikiran begitu, dan mungkin ga akan berubah..
tapi dulu aku berfikir -melahirkan- adalah suatu yang sangat istimewa.
dan aku ingin sekali melakukannya.
mengeluarkan makhluk hidup lain. dari dalam tubuh kita sendiri lagi. hebat kan?

tapi entah kenapa sekrang aku merasa lain.
keinginanku untuk melahirkan agak berkurang..
bukan. bukan karena kesulitannya, bukan karena berbagai dampak yang akan terjadi, ataupun sakit yang tidak terkira.
karena aku memahami ketika rasa sakit itu sendiri nantinya akan terhapus wajah karunia Allah di pelukan kita, dan ketika suara tangisannya memecah ruangan.

tapi aku lebih merasa..
dunia ini kejam. hidup itu sulit..
apakah anakku nanti bisa menjalaninya dengan baik?
aku benar benar merasa dunia itu kejam. dunia itu tidak memandang bulu kepada siapapun dan apapun.
hidup itu sulit.

apa aku terlalu mengagungkan seorang manusia yang hanya sebagai titipan dri sang Maha Kuasa?

apa pikiranku terlalu jauh?

apa? bagaimana? kenapa?

Senin, 30 Mei 2011

you. yes it's all your fault!

Dan bener ternyata.
Aku hancur lagi hari ini. Aku ga tau lagi mau lari kemana.
Aku gatau siapa lagi yang mau mendengarkan keluh kesahku, dan memberikan kelembutan tangannya untuk sekedar mengusap punggungku agar aku tetap kuat.
Tapi kali ini aku hanya diam. Diam di kamar, dengan wajah yang sangat memprihatinkan, dengan hati yang hancur lebur. Aku buta tuli. Aku ga tau mau kemana aku ingin berbagi rasa ini. Tapi yang aku sadari baha ‘mereka’ yang ada di sekitarku sudah  mulai bosan. Karena lagi lagi dia, orang yang sama. Orang yang mampu membuatku seakan gak berharga sama sekali.
Dadaku berasa jebol.
Jujur, aku rapuh. Aku sangat sangat rapuh.
Tapi mungkin entah memang aku mempunyai antibody yang terkontrol dengan sendirinya,
Bahkan aku bisa tersenyum seperti orang gila di saat aku bener bener jatuh ke tanah.
Seperti sekarang.
Melihatnya kuat menjalani hidup seperti biasa.
Mungkin aku melihat lumayan banyak perubahan sejak aku tak lagi di sampingnya.
Tapi jujur.
Aku ingin ngeliat dia terpuruk ke tanah,
Seperti seonggok sampah yang gak berharga seperti aku sekarang.
Aku benci saat dia bahagia. Saat dia tertawa. Saat dia merasa berarti.
Tapi BUKAN karena AKU. Tapi karena DIA yang lain.
Aku BENCI ketika kamu tertawa dan tersenyum malu malu BUKAN karena AKU.
Aku BENCI karena BUKAN AKU yang ngeBAHAGIAIN KAMU!
Aku BENCI aku tetap hancur berantakan kyk gini selagi kamu bahagia sama orang lain.

Selasa, 03 Mei 2011

gomenasai darling.

bukan soal waktu ataupun cinta.
ini soal kebiasaan dan kenangan.

dari awal seharusnya memang harus di tetapkan semua harus seimbang.
ga ada yang lebih dan ga ada yang kurang.
semua harus di kontrol dengan baik.

dan itu smua sudah aku lakukan,
merasa bentengku sudah cukup kokoh,
kuat berdiri tegak meskipun badai pasti menerpa suatu saat.
dengan menyepelekan seseorang yang singgah di hari hariku
hanya seorang dengan pengalaman 0 besar.
berfikir bentengku ga akan jebol sebesar apapun badai itu datang.

dan ternyata,
orang itu yang mampu meluluh lantakkan duniaku rata dengan tanah.
bahkan kalo ada tempat di bawah tanah,
di situlah tempat puing puingku berserakan.

bentengku runtuh,
tak ada yang tersisa.

dia orang yang membuatku terlena oleh kebahagiaan sesat
saat aku memilikinya,
saat hari hariku penuh dengan senyumnya,
saat telingaku penuh dengan suara khasnya,
saat hanya aroma tubuhnya yang bersemilir di sela oksigen yang ku hirup,
saat mataku terbutakan oleh wajahnya,
saat tidurku tak nyenyak bila ga ada kata kata manis yang menina bobokan ku,

dia.
dia yang membuatku begitu merasa orang paling bahagia seentero dunia saat memilikinya,
dan yang membuatku terpuruk, terkubur sendirian di dalam tanah. gelap. tak bisa bernafas. bisu. saat dia tak ada lagi di hari hariku.

lagi lagi bukan masalah waktu dan cinta.
ini jelas semua karena kebiasaan dan kenangan.

seharipun tak pernah aku tak melihat wajah segarnya,
tak seharipun dia tak ada di sampingku,
disana ada dia di situpun ada dia.

kebiasaan setiap pagi melihat senyumnya,
kebiasaan setiap malam dia mencium keningku saat akhirnya memang waktu harus memisahkan kami.
kebiasaannya yang slalu ingin melakukan yang terbaik untukku.

entah kenapa aku bisa selemah ini,
semua benteng yang ku bangun seakan sia-sia.
entah kenapa aku bisa terbuai oleh kebiasaan,

apapun yang dia lakukan untukku,
apapun yang kami lakukan bersama,
semuanya adalah kenangan,

lagi lagi ini bukan soal waktu,
waktu tak akan perduli meskipun telah banyak yang telah kami habiskan bersama,
waktu juga tak perduli aku masih sibuk menyusun serpihan serpihan luka yang masih berserakan di tanah saat dia pergi,
waktu tetap terus berjalan, meninggalkanku yang masih terus menggambar wajahnya di benakku dalam diam.

bukan soal cinta,
aku ga tau apa itu cinta. cinta itu abadi.
sedangkan aku dan dia TIDAK.
ini jelas tak seindah cinta.
aku dan dia lebih dari indah ketika bersama.
tapi ketika berpisah, aku hanya sampah. dan dia tetap menjadi BINTANG.
bintang yang indah di hatiku. ga akan berubah.

maaf. maaf jika aku memang miskin kesabaran.
setiap aku melihat wajahmu sayang,
aku lemah. aku sabar. aku bahkan seakan melayang ke arah manapun kau bawa.
tapi ketika kita jauh sayang,
maafkan hatiku dan egoku yang slalu menginginkanmu.
maafkan segala khilafku yang tak bisa lagi ku tahan selagi tak ada tameng yang selalu menjaganya dengan baik, yaitu senyummu.
maaf sayang, aku mengakhiri semua kisah indah kita.
maaf sayang, aku terluka. aku terluka dalam ketika membiarkanmu pergi.
aku lemah tanpamu sayang.
tapi aku terlalu egois untuk memilikimu,
maaf sayang, aku ga pernah mengerti kejenuhanmu..
maaf sayang, aku terlalu sayang padamu sehingga membiarkanmu pergi.
maaf sayang, sampai detik ini aku sayangku padamu tak berkurang sedikitpun.
maaf sayang, aku harus menjaga ini semua dalam hatiku. ini semua tak sama dengan apa yang kau lihat sayang. dan mungkin satu pintaku, lihat hatiku sayang, meskipun aku tak lagi milikmu. meskipun aku telah menyakitimu sayang. jangan lupakan aku di hatimu.

maaf sayang. maaf. akupun terluka sayang.
bahkan lukaku, selalu beriringan dengan sayangku padamu.
tak akan sembuh jika tak ada orang lain yang lebih darimu,
yang mampu mengobatiku dengan sayangnya yang melebihi sayangku padanya .